Kamis, Mei 29, 2014

SUMMARECON BEKASI : Kota Ramah Lingkungan dan Nyaman Untuk Keluarga



Lokasi : The Downtown Walk, Summarecon Mal Bekasi (SMB)
Tinggal jauh dari orang tua bagi saya adalah sebuah tantangan, khususnya saat berjuang untuk mandiri. Selama hampir 10 tahun merantau dari kota kelahiran, Klaten, untuk bekerja di Jakarta adalah pilihan hidup.  Melabuhkan tempat tinggal di Bekasi sejak 4 tahun lalu juga bukan tanpa pertimbangan. 


Bermain di Kolam Ikan Koi, SMB
Bekasi yang merupakan kota penyangga Ibu Kota Jakarta kini telah menjadi kota yang modern dan semakin maju.  Terlebih dengan hadirnya SUMMARECON BEKASI, salah satu fasilitas didalamnya yaitu Sumarecon Mal Bekasi (SMB) menjadi destinasi weekend saya hampir tiap minggu bersama keluarga..  

Kebersamaan Bersama Keluarga di Summarecon Mal Bekasi (SMB)

Lokasi Summarecon Mal Bekasi (SMB) sangat strategis yaitu berada di Sentra Summarecon Bekasi dan sangat mudah dijangkau hanya sekitar 10 menit melalui ruas tol Jakarta Cikampek (exit Tol Bekasi Barat) dengan kemudahan akses flyover KH. Noer Ali, Summarecon Bekasi. Jika dari rumah saya yang letaknya di kawasan Bulak Kapal Bekasi Timur hanya sekitar 20 menit untuk sampai di SMB. 

Mengapa saya memilih Summarecon Mal Bekasi sebagai tujuan untuk menghabiskan waktu luang bersama keluarga ? jujur saya suka sekali dengan konsep The Downtown Walk yang ada di area SMB. 
Bersantai di Kolam Ikan SMB
The Downtown Walk yang merupakan konsep area makan terbuka (alfresco dining) memiliki nuansa asri, teduh, nyaman serta dilengkapi dengan jaringan internet (Wifi). Apalagi saya doyan kuliner dan suka suasana outdoor. Rasanya sangat pas untuk menikmati akhir pekan. Beberapa kali saya dan keluarga juga melihat pertunjukan musik yang berlokasi di The Downtown Walk seperti saat konser Bondan Prakoso (Fade 2 Black). Meski ramai sekali, namun suasananya tetap nyaman.  Anak saya pun menikmatinya.

Kehadiran kolam ikan koi yang luas dilengkapi dengan bangku-bangku santai juga memberi kenyamanan kami sebagai pengunjung. Melihat asiknya anak saya, Azel, bermain-main di kolam ikan suatu sore di Summarecon Mal Bekasi menjadi kegembiraan saya juga. Terlebih saat para penjaga kolam ikan mendentingkan lonceng itulah tiba waktunya ikan-ikan harus diberi makan. Seketika itu pula anak-anak langsung berlarian minta makanan ikan ke sang penjaga untuk segera diberikan pada ikan-ikan di kolam. 

Pasar Senggol Summarecon Bekasi
Azel di Pasar Senggol
Oya, selama 25 hari pada 17 April – 11 Mei 2014 kemarin Summarecon Mal Bekasi juga menggelar event Pasar Senggol. Sebagai penggemar kuliner makanan Indonesia, tentu saya tak ketinggalan dan beberapa kali menyambangi Pasar Senggol. Ada sekitar 119 tenant kuliner didalamnya. Uniknya uang sungguhan tidak berlaku didalam. Lho kenapa ? karena kita harus menukar uang sungguhan dengan voucher kertas terlebih dahulu di kasir-kasir yang disediakan. Namun jangan khawatir, sisa uang voucher dapat diuangkan kembali ke kasir. 

Menikmati wahana
Puluhan makanan sudah saya coba saat berkuliner di Pasar Senggol dan semuanya luar biasa lezatnya. Saya dan keluarga mencicipi aneka makanan dan minuman seperti es krim durian (asli datang dari Bandung),  martabak Medan, ayam bakar anglo, ketoprak ciragil, sosis bakar, aneka minuman dan masih banyak lagi. Bahkan Bandar Djakarta yang terkenal dengan masakan seafoodnya yang berlokasi di  Ancol juga hadir di Pasar Senggol SMB. Selain kuliner di Pasar Senggol, saya juga mengajak anak menikmati keseruan bermain kereta mini, kincir-kincir, bola air, dan kora-kora didalam areanya. 

Summarecon Mal Bekasi yang resmi di buka pada 28 Juni 2013 lalu oleh Walikota Bekasi Bp. Rahmat Effendi dan Komisaris Utama PT Summarecon Agung Tbk. Bp. Soetjipto Nagaria memang patut menjadi tempat jalan-jalan untuk keluarga.

One Day Tour With Blogger in Summarecon Bekasi

Dok. Dian Picture (peserta one day tour)
Ketika awal bulan April lalu ada undangan masuk ke notifikasi Facebook saya mengenai One Day Tour with Blogger di Summarecon Bekasi tentu kesempatan ini tidak saya sia-siakan. Acara One Day Tour with Blogger pada 19 April 2014 sangat menyenangkan. Bertemu dengan para blogger dari berbagai komunitas serta mengenal lebih jauh tentang semua fasilitas yang ada di Summarecon Bekasi menjadi kegiatan yang sangat menarik. 

One day tour with blogger
Sebelum kami menjelajah seluruh kawasan Summarecon Bekasi menggunakan bus, acara diawali dengan presentasi dari 3 narasumber yaitu Bp. Taufick Hardy (Design & Planning Manager Summarecon Bekasi), Bp. Dani Indra (Marketing Manager Summarecon Bekasi), dan Bp. Agus Purnawan (Operational Manager Summarecon Mal Bekasi). Saya sungguh terpukau dengan informasi bahwa penjualan perdana Palm & Maple Residence pada 24 April 2010 sejumlah 475 unit serta Acacia Residence pada 30 Oktober 2010 sejumlah 261 unit kesemua penjualan ditutup sold out dalam waktu kurang dari 7 jam. 

Dok. Summarecon Mal Bekasi
Penjelajahan kawasan dimulai dari melihat rumah contoh yang telah habis terjual pada penjualan perdana, lalu melihat lokasi pengolahan air limbah dengan menggunakan teknologi Sewage Treatment Plant yang dipakai oleh Summarecon Bekasi sehingga program ini menjadi gerakan hijau serta penghematan, kemudian melihat club house seperti swimming pool & children playground, melihat sekilas Masjid dan Sekolah Islam Al Azhar, melewati Pasar Modern Sinpasa, dan berakhir dengan jalan-jalan dan makan sore di Summarecon Mal Bekasi.

Fakta Nyata Summarecon Bekasi
I love Summarecon Bekasi :)
Selain penjualan residence perdana yang mencengangkan, penjualan ditahun-tahun selanjutnya yaitu Magnolia, Lotus Lakeside, Bluebell, dan Vernonia Residence kembali sold out kurang dari 7 jam. 
Ruang keluarga (Rumah contoh)
Lalu penjualan commercial seperti Rukan Sinpasa, Emerald, Graha Boulevard, & Topaz Commercial juga mendulang sukses, semua sold out hanya dalam waktu 2,5 jam. Kini The Springlake Apartment hadir di Summarecon Bekasi dan telah di launching pada 26 April 2014.

Flyover KH Noer Ali Summarecon Bekasi yang pemancangan pertamanya dilakukan oleh Bapak Gubernur Jawa Barat pada 10 Maret 2010, menjadi salah satu jembatan bentang terpanjang di Indonesia. Flyover yang melintasi jalur kereta api ini memiliki konstruksi yang canggih, yaitu dengan metode “Balanced Cantilever”, bentang jembatan dengan panjang 130 meter itu dibangun tanpa tiang penyangga. 

Dok. www.bekasiraya.com
Landmark Summarecon Bekasi berbentuk piramida yang terletak di pintu masuk bundaran utama merupakan hasil karya Iman Anshar, pemenang utama Sayembara Penataan Bundaran Utama Kota Summarecon Bekasi. Bentuk piramida ini menggambarkan perjalanan Kota Summarecon Bekasi yang akan bergerak maju dan lebih besar seiring perjalanan waktu. Piramida ini juga dilengkapi teknologi “color kinetic” dengan mengaplikasikan 300 buah lampu yang dapat berubah warna secara dramatis.

Fasilitas di Summarecon Bekasi semakin lengkap. Masjid dan Sekolah Islam Al Azhar merupakan bentuk tanggung jawab sosial PT Summarecon Agung Tbk yang diresmikan pada 26 November 2013. Bagi pengemar gowes, Summarecon Bekasi juga memiliki Bicycle Park dengan track yang unik dengan luas mencapai 5 hektar. Bekasi Food City juga dibangun di area Sentra Summarecon Bekasi dan dilengkapi dengan panggung,  mushola, toilet serta mampu menampung lebih dari 3000 pengunjung.

Melihat lokasi pengolahan air limbah
Lalu selain pengolahan air limbah sebagai bentuk gerakan hijau dan penghematan, Summarecon Mal Bekasi juga menyatakan perang terhadap stereofoam. Manajemen Summarecon Mal Bekasi melarang seluruh tenant Food & Beverage menggunakan stereofoam dan wajib menggunakan plastik ramah lingkungan yang dapat terurai dalam waktu singkat. Summarecon Mal Bekasi  juga mengkoordinir penyaluran sampah rumah tangga seperti gelas plastik, kardus, koran lalu disalurkan kepada Yayasan Budda Tzu Chi setiap tanggal 1 dan 15 tiap bulannya. 

Bergaya di Summarecon Mal Bekasi
Oya sudah tahu belum ? ada event menarik untuk keluarga mulai 1 Juni – 17 Agustus 2014 di Summarecon Mal bekasi.  Namanya “Discover The Mysterious of Alien’s Life.” Wah anak-anak pasti suka, jangan sampai ketinggalan deh. Kesan saya, Summarecon Bekasi memang layak disebut sebagai kota ramah lingkungan dan nyaman untuk keluarga.

Tulisan ini saya ikutsertakan pada blog competition 2014 "Keep Calm and Write" yang diadakan oleh Summarecon Bekasi. 




Sabtu, April 12, 2014

Mobil diderek 3 kali tak menyurutkan rinduku untuk pulang Klaten

Momen saat memberi makan sapi di rumah nenek buyut, Desa Bayat, Klaten
Peta Mudik lebaran :)
Nduk, kapan tekane, Azel rak ora rewel tho ? (Nduk, kapan sampainya, Azel enggak rewel kan ?),” pertanyaan itu yang selalu Bapak atau Ibu tanyakan selama perjalanan saya pulang kampung ke kota kelahiran, Klaten, saat libur lebaran Agustus 2013 kemarin. Maklum, sebagai kakek dan nenek pasti mereka sudah tidak sabar ingin ketemu cucunya. Saya selalu menjawab “Maceeeet, doain ya Mi semoga lancar...” 


Long..looong journey
Jujur, saat mudik kemarin ada beberapa hambatan yang kami temui selama dalam perjalanan. Mungkin kurang persiapan atau kurang banyak doa entahlah. Hal itulah yang membuat saya tidak bisa memastikan berapa jam lagi bisa sampai rumah tepatnya di Desa Besole, Kecamatan Ceper, Klaten. Eits, meski titelnya desa, tapi rumah saya sebenarnya berada dipinggir jalan raya Solo-Yogya lho, kalau lewat mampir ya hehe...
Hamparan sawah di tanah kelahiranku, Bayat, Klaten
Pulang kampung bermobil (dengan personil suami, saya, dan anak yang masih 2,5 tahun) melalui jalur darat saat lebaran kemarin merupakan pengalaman pertama kami. Rasa excited dan deg-degan campur aduk jadi satu, apalagi cerita teman-teman kalau mudik ke Jawa lewat jalur Pantura bisa memakan waktu 20 jam sekali jalan. Kami sebelumnya selalu naik kereta jika tiba giliran berlebaran ke Klaten. 
Azel bersama Mbah Kung (ayahku)
Kalau diingat dan diceritakan kembali pengalaman mudik lebaran 2013 kemarin pasti saya selalu ngelus dada karena kebangetan lelakone (kejadiannya), ketawa, dan kesal bercampur jadi satu. Bagaimana tidak, H-5 sebelum lebaran sesuai rencana selepas Sholat Isya kami berangkat dengan harapan bisa sampai Klaten keesokan paginya, kenyataannya kami malah harus berangkat esok dan itupun tanpa kepastian yang jelas !

Ijo royo-royo, suasana desa
Kejadian itu bermula dari mobil pribadi kami tiba-tiba mogok di dalam tol daerah Karawang Barat. Untungnya (nah, meski cobaan tapi masih tetep untung) saat mendengar kejanggalan; suara air mengucur dibagian bawah mobil, suami saya tanpa pikir panjang spontan mengarahkan mobil ke lajur kiri, padahal saat itu laju mobil kami sedang kencang-kencangnya dan di lajur paling kanan pula. Pekik suara klakson mobil lain tidak usah ditanya, bikin budeg teramat sangat. 


Bersama Mbah Kung mau jalan2
Nah, ketika tepat sampai di bahu jalan, itupun belum sempat mengerem tiba-tiba mobil langsung sek ! mati ! padahal jalan tol saat itu lancar dan hampir semua mobil berlomba melajukan mobilnya luar biasa kencang, sekencang semangat mudik agar bisa sampai tujuan dengan cepat. “Ya Allah, Alhamdulillah... apa jadinya kalau tadi tidak inisiatif ke kiri,” ucapku. Dalam kemalangan pun selalu bersyukur masih beruntung.

Mobil itu yang mengantarkan kami mudik Klaten :)
Dalam kepanikan karena melihat kanan-kiri hanya pepohonan gelap, kami mengalami untung yang kedua yaitu dalam hitungan detik truk derek Jasa Marga pas banget beroperasi di belakang mobil kami ! Akhirnya mobil kami diderek keluar tol Karawang Barat untuk dicek. Oya, pernah naik mobil dengan menengadah keatas 45 derajat dan full aneka perlengkapan mudik didalam mobil? saya doain jangan sampai deh. Ingin sekali rasanya nangis. Terdengar anak saya, Azel nyeletuk “Wah, wah mobilnya kenapa Mi ?,” celetukan Azel yang duduk disamping saya justru mengundang gelak tawa. “Ya mas, mobilnya rusak,” jawabku singkat. 

Azel sama Mbah Uti & Akung
Setelah hampir satu jam tim derek Jasa Marga membantu mengecek kerusakan yang terjadi, akhirnya diketahui kalau air karburator yang harusnya berputar tenang, ini malah melenting keluar. Fixed, mereka tidak merekomendasikan kami untuk melanjutkan perjalanan jauh. Lemaslah saya, mana sudah pamitan tetangga kanan kiri, telepon saudara-saudara di kampung, mempersiapkan segala bekal selama perjalanan dan tetek bengek lainnya. Duh, apa kata dunia ?? jerit saya dalam hati.


Ternak ikan di rumah Mbah Uyut
Akhirnya dengan terpaksa mobil kami harus diderek untuk yang kedua kalinya menuju Showroom mobil Bekasi. Padahal baru 2 minggu sebelumnya kami full service demi mudik ini. Derek untuk kedua kali ini tidak gratis pemirsa, karena kami juga menyadari memang jaraknya hampir 60 KM untuk balik dan sudah larut malam,  850 ribu melayang untuk kembali Bekasi...

Duet Gn. Merapi-Merbabu dari jendela kamarku
Saya tidak banyak bicara saat pulang diantar taksi sampai ke rumah, waktu sudah tengah malam. Hanya bingung, sedih, marah, capek, jengkel, kecewa (wah ini sih bukan “hanya” tapi sudah meluap seperti air mendidih hahaha). Seluruh barang perlengkapan mudik, laptop, tablet pun saya tinggal dalam mobil di Showroom. Paginya suami saya kembali ke Showroom untuk memastikan apakah mobil bisa kami pakai pulang kampung. Meskipun suami pulang ke rumah membawa kembali mobil, dari raut mukanya saat tiba sudah bisa ditebak. 

Kebersamaan saat di desa
“Sepertinya gagal mudik nih,” gumam saya. Benar saja, “kita cari mobil rental aja  yuk,” ajaknya. What ? Sudah H-4 lebaran dan kami baru mau mencari mobil rental ? pasrah dan lesu rasanya. Tapi lagi-lagi Tuhan Maha Baik, tidak jauh dari komplek perumahan kami melihat ada rental yang mobilnya masih tersedia. Soal harga sewa darurat begini ? jangan ditanya, untuk 10 hari mudik kami dipatok harga 7 juta rupiah. Mungkin karena kasihan, didiskon menjadi 6,5 juta rupiah. “Gak apa-apa demi mudik apalah arti sebuah harga,” ucapku ke suami, padahal saya pun gak tau nanti kedepannya gimana. Sudah rahasia umum kalau di kampung itu; angpau lebaran sudah seperti kewajiban, pasti nraktir saudara-saudara, jalan-jalan, bensin, dan lain-lain. Arghhhh...dipikir belakangan saja.

Klaten, here we come !
Setelah selesai bertransaksi dan memindahkan segala amunisi kedalam mobil rental, tepat pukul 10 pagi kami kembali melajukan mobil untuk mudik. Rasanya seperti De Javu. Klaten..here we come !! Upss telepon dari keluarga, saudara-saudara, teman, tidak berhenti berdering menanyakan saya sudah sampai dimana. Boro-boro sampai mana, masih di Bekasi ! dan inilah sifat saya, tidak ingin membagi kemalangan serta kepanikan kepada orang lain. Hanya saya jawab “Doain aja.. macet..,” hahaha... Sing penting mudik lan slamet (Yang penting mudik dan selamat).

Sebenarnya itu cerita awal yang tak terlupakan saat pulang kampung kemarin. Masih ada momen dimana mobil rental kami pun kembali harus diderek saat sampai di daerah Srondol, Semarang keesokan paginya Subuh-Subuh pula, lalu kami harus menunggu sekitar 5 (lima) jam di bengkel karena masalah filter oli :( Ahhhh... rasanya ingin teriak sekencang-kencangnya. Karena belum sampai tujuan, kami harus keluar duit banyak sekali.

Sambel bawang favoritku
Dannnnn.... setelah perjalanan yang amazing itu, kami tiba di rumah saat matahari tepat diatas kepala. Sujud syukur kami tiba dengan selamat. Bercengkerama dengan Bapak, Ibu dan keluarga yang lain adalah jurus jitu untuk melupakan segala yang terjadi. Bisa ditebak pertanyaan yang pertama muncul adalah “mobilmu kondone ireng Nduk, kok putih ? (mobilmu katanya berwarna hitam Nduk, kok putih ?).” 


Azel di balkon kamarku Klaten
Karena saya benar-benar tidak ingin membagi kesedihan dan pasti membuat saya harus bercerita ke puluhan saudara lagi kalau mereka mendengar kejadian yang menimpa saya, jadi saya memilih untuk menjawab singkat “Iya, mobilnya ditinggal di rumah, ini dipinjemi saudaranya mas Ferry (suami) karena lebih irit bensinnya,” memang benar sih irit, tapi kan bukan dipinjami tapi bayar sewa haha. Pssttt.. sampai sekarang pun rahasia ini sebenarnya masih tersimpan rapi :D
Candi Plaosan Kidul

Candi Prambanan
Candi Kalasan
Di kampung halaman, kami benar-benar tak bisa tinggal diam. Hampir setiap hari kami pergi menjelajah. Apalagi kami membayar sewa mobil, jadi enggak mau rugi dong ya. Dalam satu hari kami berpetualang mengunjungi 7 (tujuh) candi : Candi Kalasan, Candi Sewu, Candi Prambanan, Candi Bubrah, Candi Lumbung, Candi Plaosan Lor, dan Candi Plaosan Kidul. Meski luar biasa panas dan suami berpuasa, kami sangat bersemangat dan menikmatinya. Azel pun tak kalah antusiasnya. Seperti menemukan harta karun tersembunyi rasanya. Padahal dulu saya kemana saja ya, cuma pernah berkunjung ke Candi Prambanan saja.

Bersama keluarga di Pantai Kukup, Gunung Kidul
Pantai Indrayanti
Pantai Sundak
Di lain hari kami sekeluarga besar juga menyambangi pantai-pantai di Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta. Karena banyaknya pemudik yang mengincar pantai-pantai Gunung Kidul untuk bernostalgia dan jalanan lumayan macet maka kami hanya bisa berkunjung ke 3 (pantai) yaitu Pantai Kukup, Pantai Indrayanti, dan Pantai Sundak. Jalanan yang berkelok-kelok khas pegunungan dan menembus hutan, sungguh membuat decak kagum yang tak henti-henti. Cerita lengkap mengenai kecantikan pantai-pantai ini pernah saya tulis dan bisa dilihat disini.

Wonogiri
Wonogiri
Lalu kami juga berpetualang ke Museum Krast, Wonogiri dan pulangnya Azel panas tinggi. Keesokannya kami harus beristirahat agar Azel cepat sembuh karena beberapa tempat praktek dokter yang kami datangi juga tutup. Jadilah Azel dikasih obat penurun panas yang saya bawa dari Bekasi. Alhamdulillah, sepertinya Azel juga tidak ingin membuat emak-bapaknya sedih, hanya 2 hari panas Azel sembuh dan kami kembali berpetualang ke rumah nenek buyut di desa Bayat.

Panen sawo di  Bayat
Ketan bubuk kesukaanku
Bayat sangat terkenal dengan batik tulis dan gerabahnya. Oya, saya pun bangga lahir di desa Bayat. Ketika ‘pulang’ ke Bayat rasanya selalu ada romantika tersendiri. Mungkin karena tumpah darah saya di desa ini. Yang belum pernah pergi ke Bayat, sepertinya menyesal kalau tidak memasukkan daftar Bayat ketika menyambangi Klaten. Ada beberapa tempat wisata yang wajib dikunjungi lho seperti Makam Kyai Ageng Pandanaran (atau Padang Aran), Wisata kuliner apung Rowo Jombor, melihat produksi gerabah, memborong batik tulis yang pastinya murah, mencoba kuliner nasi kucing angkringan khas Bayat, dan beberapa wisata lain. 

Nasi gudang sambel tumpang
Di rumah nenek buyut, Azel bak raja kecil yang dimanja oleh keluarga besar saya. Memberi makan sapi, kambing, memetik jeruk, cabe, kelapa, sawo di kebun, melihat ikan di tambak, berjalan-jalan disawah adalah aktivitas yang tak ternilai harganya. Hampir 3 hari lamanya saya menginap di rumah nenek saya atau buyutnya Azel. Dan setiap sarapan pagi, tidak bosan-bosannya saya minta dibelikan nasi gudang sambel tumpang dan ketan bubuk kesukaan saya dari kecil.

Me - My Mommy - My sister - Pantai Kukup :)
Ketika tiba saatnya arus balik saya sangat sedih. Rasanya tidak rela meninggalkan Klaten. Tapi demi masa depan, merantau harus kami jalani. Dan perjalanan arus balik hingga Bekasi memakan waktu hingga 24 jam ! alhasil kami kena charge lagi untuk penyewaan mobil rental itu. Ahh biarlah, meski badan lelah dan keluar banyak uang untuk perjalanan tak terlupakan ini, namun kebahagiaan mudik tak bisa terucapkan, rinduku akan Klaten sudah tersampaikan. Uang kan masih bisa dicari lagi. Terlebih dalam perjalanan panjang pulang pergi, tak sekalipun Azel rewel meski 3 kali mobil yang kami kendarai harus diderek. Terimakasih Ya Allah atas segala nikmat perjalanan yang tak terlupakan, semoga Engkau selalu berikan rejeki yang cukup sehingga kami bisa mudik lagi ke kota tercinta kami, KLATEN...

   
  



Sabtu, Maret 29, 2014

Dulux Easy Clean : Forgiveness is Easy...

Dari ki ke ka : Mona Ratuliu, Mediko Anwar, Ratih Ibrahim
Anak lanangku, Azel
“Aduuuhhh, jangan corat-coret di tembok dong , dikertas aja dek !!! ,” begitulah kira-kira ‘omelan’ yang kita tujukan ke anak-anak ketika mereka mulai beraksi sebagai pelukis cilik tembok rumah. Jujur, kadang ada rasa kesal plus capek kalau tangan anak-anak mulai usil. Terkadang sebagai orang tua kan ingin rumah itu bersih, tidak berantakan, apalagi kalau menghadapi kenyataan coretan di seluruh dinding rumah #Errrrrrrrhh rasanya tidak bisa memaafkan... mau di cat juga mikir dua kali, pasti bakal penuh lukisan bolah bundet (benang kusut) lagi kan. 

Makan cup cake Dulux :)
Oya, pernah gak, ada pengalaman teman kita ingin main ke rumah tapi kita larang ?? Itu saya bangett !  Bukannya gak boleh, salah satu alasannya ya itu tadi, ada rasa risih kedatangan tamu tapi seluruh tembok penuh coretan. Hmmm, ketika melarang anak sebenarnya saya juga berfikir sih, kalau dilarang terus pasti anak merasa dibatasi kreatifitasnya. Iya, menjadi dilema saya sebagai orang tua.

Bermain sepuasnya
Itulah yang mendasari Dulux, produsen cat  ternama meluncurkan produk terbarunya, Dulux Easy Clean dengan KidProof Technology. Cat ini dapat menahan noda masuk ke lapisan dinding serta akan mudah dibersihkan. Sehingga anak-anak bebas berkreaatifitas di dinding sehingga kita tidak akan gampang marah lagi ke anak. Acara launching yang melibatkan sebagian besar ibu-ibu dan anak-anak ini berlangsung sangat seru.

Pesta makan enak sebelum acara hehe..
Acara ini dilaksanakan di Chipmunks Playland, Kota Kasablanka pada Minggu, 23 Maret 2014. Ibarat pesta anak yang meriah, Chipmunks Playland saat itu dihiasi dengan dekorasi yang colorful, banyak sekali cupcake, aneka makanan & minuman, ada batavia kids dancer, dan tentu saja anak bebas bermain sepuasnya. Ide foto langsung jadi saat kami tiba di area boleh juga, apalagi kami disediakan aneka perlengkapan foto seperti topi, bola, dan lain-lain. Ibarat model, lihat kamera langsung bergaya lupa realita hehe...

Beraksi didepan kamera
Kehadiran Mona Ratuliu juga membuat ibu-ibu senang. Selain itu Ratih Ibrahim, seorang pakar psikolog serta Mediko Anwar, Head Marketing Dulux/ PT ICI Paints juga membuat acara talkshow menjadi hidup. Mona Ratuliu menceritakan bagaimana hubungan ia dengan Davina, anak pertamanya yang renggang karena dulu sering melarang anaknya mencorat-coret tembok. Bahkan ada momen yang membuat Mona shock, ketika Davina marah ke Mona dengan berteriak “Aku gak mau punya mama seperti mama, segala serba dilarang, ini itu gak boleh.” Dari situlah, Mona mulai membiarkan anak-anaknya berekspresi sebebas mungkin namun tetap berpatokan pada aturan.


Emak-emak KEB berfoto dengan Mona Ratuliu
Ratih Ibrahim juga mengungkapkan, “Anak senang sekali mencorat-coret dinding karena pada masa itu mereka ingin menaklukkan bidang yang luas, sehingga diberi kertas saja rasanya tidak cukup.” “Biarkan anak berekspresi dan beri sebuah dinding yang berhak mereka corat-coret,” jelas Ratih. Nah, dengan Dulux Easy Clean ini tentu forgiveness is easy. Orang tua akan dengan mudah memaafkan ketika anak-anak berkreatifitas di kanvas raksasa alias dinding. Terakhir, mengutip pesan bijak dari Friederich Schiller bahwa “aku adalah dongeng masa kecilku.” So, jangan terlalu mengekang mereka...

Terimakasih KEB & Dulux Easy Clean... We were very happy that day :)